Mudah Mana? Perbandingan Visa Schengen vs Visa Asia untuk Traveler Indonesia

Kalau kamu suka jalan-jalan lintas negara, pasti tahu kalau visa sering jadi “gerbang pertama” yang menentukan apakah rencana traveling bisa terwujud dengan lancar atau malah berhenti di tengah jalan. Dari sekian banyak visa, dua yang paling sering dibandingkan adalah visa Asia dan visa Schengen. Namun, lebih mudah mana sih, urus visa Asia atau visa Schengen?”

Mari kita bedah perbandingan visa Schengen vs visa Asia dari berbagai sisi: mulai dari proses pengajuan, dokumen, biaya, fleksibilitas perjalanan, sampai risiko ditolak agar kamu punya gambaran realistis sebelum memutuskan destinasi liburanmu berikutnya.

perbandingan visa asia vs schengen - Freepik

Sumber gambar: Freepik

Apa Itu Visa Schengen dan Visa Asia?

  • Visa Schengen adalah visa khusus untuk masuk ke kawasan Schengen di Eropa, yang mencakup sekitar 29 negara. Dengan satu visa ini, kamu bisa menjelajah lintas negara tanpa harus mengurus visa tambahan lagi. Tapi, prosesnya lebih ketat, dokumennya lebih banyak, serta waktu tunggunya lebih panjang.

  • Untuk benua Asia, tidak ada visa yang berlaku untuk berbagai negara seperti visa Schengen. Setiap negara di Asia memerlukan visa khusus untuk masing-masing negara, meskipun beberapa negara menerapkan kebijakan bebas visa untuk pemegang paspor Indonesia.

  • Bentuknya bisa bermacam-macam: visa saat kedatangan (visa on arrival), maupun e-visa yang bisa diajukan secara online. Contohnya, Mongolia yang menyediakan e-visa untuk turis Indonesia, atau Korea Selatan yang masih memberikan visa fisik.

Baca juga: Daftar 29 Negara Schengen Terbaru 2025: Panduan Lengkap untuk Wisatawan Indonesia

Perbandingan Visa Asia vs Visa Schengen: Mana yang Lebih Mudah?
Aspek Visa Asia Visa Schengen
Proses pengajuan Relatif simpel, beberapa negara menyediakan e-visa yang bisa diurus 100% online, seperti visa Mongolia atau visa waiver Jepang. Bahkan untuk visa fisik seperti visa Korea Selatan atau visa China, prosesnya bisa diwakilkan (SPUN), tanpa perlu datang langsung ke kedutaan. Pengajuan dilakukan lewat visa center seperti VFS atau TLS dan biasanya wajib hadir untuk biometrik. Namun, jika pernah punya visa Schengen dalam 5 tahun terakhir, pengajuan bisa diwakilkan melalui layanan seperti SPUN tanpa perlu hadir langsung.
Waktu proses Proses visa bervariasi tiap negara, namun relatif singkat. E-visa seperti Jepang, Mongolia, atau Taiwan (TAC) umumnya diproses dalam 3–7 hari kerja, sedangkan visa fisik seperti Korea atau China bisa memakan waktu 10–14 hari kerja. Berbeda-beda tergantung destinasi negara yang diajukan, namun rata-rata membutuhkan waktu 15 hingga 45 hari kerja.
Dokumen yang diminta Lebih sedikit dibanding Schengen. Selain dokumen dasar seperti paspor, tiket, dan bukti akomodasi, biasanya hanya rekening koran yang membutuhkan waktu untuk dilampirkan. Lebih banyak, karena selain bukti keuangan 3 bulan terakhir yang harus cukup untuk menutupi biaya perjalanan ke Eropa, pemohon juga wajib melampirkan asuransi perjalanan, surat referensi bank, serta surat keterangan kerja atau usaha. Pada beberapa negara, dokumen juga perlu diterjemahkan sebelum diajukan.
Biaya Tergantung negara tujuan, namun relatif lebih terjangkau dibandingkan dengan visa Schengen. Tergantung negara tujuan, namun kisaran harga lebih mahal 2 hingga 3 kali lipat dibandingkan kebanyakan visa untuk negara-negara di Asia.
Approval Rate Cukup tinggi, terutama pada e-visa yang tidak mensyaratkan rekening koran (seperti Japan Visa Waiver atau TAC Taiwan). Namun, untuk visa fisik seperti Korea Selatan atau China, pengajuan bisa ditolak jika misalnya kondisi rekening koran dinilai tidak stabil atau memadai. Relatif tinggi, selama memenuhi syarat dasar seperti tujuan jelas (sesuai entry/exit point), itinerary realistis, memiliki pekerjaan atau ikatan kuat di Indonesia, rekening koran memadai untuk biaya Eropa, serta bukti akomodasi dan transport antar negara Schengen—terutama jika apply lewat negara Skandinavia.
Durasi Visa Durasi visa Asia bersifat tetap sesuai ketentuan masing-masing negara. Contohnya, visa Jepang (JAVES) berlaku hingga 3 tahun namun setiap kunjungan dibatasi 15 hari, sedangkan visa Korea single entry memberi izin tinggal hingga 90 hari dalam satu kunjungan tanpa bisa keluar-masuk ulang. Sifatnya tidak menentu karena sepenuhnya bergantung pada keputusan Kedutaan. Kamu bisa saja mendapatkan visa single entry sesuai itinerary, atau bahkan hingga 5 tahun multiple entry. Semua dinilai berdasarkan dokumen, riwayat perjalanan, hingga profil pemohon.
Ketersediaan slot janji temu Tidak menjadi kendala. E-visa tidak memerlukan janji temu karena prosesnya online, sementara visa fisik seperti Korea atau China, cukup menyerahkan dokumen saja ke SPUN jika sudah lengkap. Tergantung destinasi yang diajukan. Namun umumnya perlu disiapkan jauh-jauh hari, bahkan sejak 6 bulan sebelumnya agar mendapatkan slot appointment yang tidak mepet dan masih tersedia, terutama saat musim liburan.

Kenapa Visa Asia Lebih Mudah?

1. Kebijakan visa waiver luas

Destinasi Asia menawarkan kemudahan lewat skema visa waiver dengan syarat sederhana. Jepang, misalnya, memberikan visa waiver (JAVES) bagi pemegang e-paspor, sementara Taiwan (TAC) membuka akses cepat bagi traveler yang sudah pernah punya visa negara besar seperti Jepang, Korea, atau Schengen. Tanpa perlu datang ke kedutaan serta 100% prosesnya dapat dilakukan secara online.

2. E-visa yang praktis

Negara seperti India, Mongolia, Dubai hingga Sri Lanka sudah mengandalkan e-visa. Kamu cukup isi formulir online, upload dokumen, bayar, lalu print dokumen approval.

3. Proses Lebih Cepat

Visa negara-negara Asia umumnya dapat diproses dalam waktu singkat. E-visa bisa selesai dalam 3-7 hari kerja, sementara visa fisik seperti Korea atau China pun rata-rata selesai dalam 1-2 minggu, jauh lebih cepat dibandingkan proses pengajuan visa Schengen yang bisa memakan waktu lebih lama terutama saat musim liburan.

4. Risiko ditolak lebih rendah

Secara umum, visa Asia memiliki tingkat persetujuan yang cukup tinggi, selama pemohon memenuhi syarat minimum yang diminta dan dokumen disiapkan dengan benar.

Kenapa Visa Schengen Relatif Lebih Rumit?

1. Dokumen yang diminta relatif detail

Kamu wajib menyiapkan: bukti keuangan, itinerary rinci, asuransi kesehatan minimal €30.000, reservasi hotel, tiket penerbangan pulang-pergi, hingga surat keterangan kerja.

2. Nilai strategis dari visa Schengen

Visa Schengen memiliki nilai strategis yang kuat. Setelah disetujui, visa Schengen dapat memperkuat pengajuan visa negara lain seperti Amerika Serikat maupun Inggris, karena menunjukkan rekam jejak perjalanan yang kredibel.

3. Keterbatasan janji temu

Di musim sibuk, seperti liburan Natal atau musim panas, slot appointment di Visa Center bisa penuh, sehingga kamu harus menjadwalkannya jauh-jauh hari.

4. Validitas dan Peluang Perpanjangan

Pada aplikasi pertama, visa Schengen biasanya diberikan dengan durasi pendek. Namun, jika kamu kembali mengajukan dalam periode dibawah 3 tahun setelahnya, kamu berkesempatan memperoleh Visa Cascade, yakni visa multi-entry dengan masa berlaku hingga 5 tahun, yang jauh lebih fleksibel untuk perjalanan berikutnya.

5. Pemilihan Negara Pengajuan Harus Tepat

Kamu tidak bisa asal pilih negara saat mengajukan visa Schengen. Pengajuan harus dilakukan ke negara yang menjadi entry/exit point atau tempat kamu paling lama menginap. Jika tidak sesuai dengan itinerary, aplikasi bisa dianggap tidak konsisten dan berisiko ditolak sejak awal.

Baca juga: 9 Penyebab & Alasan Visa Schengen Ditolak: Menghindari Kesalahan Umum yang Bisa Terjadi

Ajukan Visa Schengen Lebih Mudah lewat SPUN

Banyak traveler merasa bahwa visa Schengen relatif lebih rumit dibandingkan visa Asia. Wajar, karena dokumen yang diminta jauh lebih detail, prosesnya lebih panjang, serta nilai strategis dari visa Schengen itu sendiri. Namun kabar baiknya, kamu bisa membuat proses ini jadi jauh lebih mudah dengan bantuan SPUN.

Lewat SPUN, kamu akan mendapatkan dukungan penuh dari Tim Visa Expert yang berpengalaman mengurus berbagai jenis visa, termasuk Visa Schengen. Mereka tidak hanya membantu menyiapkan dokumen kamu agar sesuai standar, tapi juga:

  • Memberikan panduan lengkap tentang syarat dokumen yang benar dan sesuai dengan ketentuan negara tujuan.

  • Mempermudah penjadwal appointment di Visa Center agar kamu tidak kehilangan slot terdekat, terutama di musim ramai.

  • Meningkatkan approval rate, karena dokumenmu sudah dipersiapkan dengan lebih rapi, konsisten, dan sesuai format yang diminta pihak konsulat.

  • Mengurangi stres karena kamu tidak harus bolak-balik memperbaiki dokumen atau bingung dengan aturan yang sering berubah.

Dengan SPUN, proses aplikasi visa Schengen yang biasanya terasa rumit bisa jadi jauh lebih terstruktur dan terkendali. Jadi, kamu bisa lebih fokus menyiapkan itinerary perjalanan impianmu di Eropa tanpa khawatir soal detail teknis visanya.

Jadi, mulai dari Visa Asia atau Schengen?

Sampai disini, cukup jelas bahwa visa Asia cenderung lebih mudah dan cepat diproses. Sementara visa Schengen memerlukan persiapan lebih matang, namun memberikan nilai tambah bagi perjalanan jangka panjang. Karena itu, pertanyaan yang muncul bukan lagi mana yang lebih mudah, melainkan mana yang sebaiknya diprioritaskan lebih dulu, memulai dari Asia untuk tahap awal, atau langsung mengajukan Schengen sebagai investasi perjalanan ke depannya. 

Pada akhirnya, mudah mana visa Asia vs visa Schengen sangat bergantung pada tujuan perjalananmu. Jika kamu sudah mantap menentukan destinasi, jangan biarkan urusan visa menjadi penghalang. 

Gunakan platform SPUN untuk mengurus aplikasi visa dengan cepat dan mudah bersama tim Visa Expert yang siap membantu proses pengajuan Visa Schengen ataupun berbagai destinasi impianmu lainnya!

Apply Visa Shcengen
Next
Next

Apa itu  Japan Visa Waiver (JAVES) & Cara Apply Visa Jepang 100% Online: Panduan Lengkap untuk Pemegang E-Paspor